Sabtu, 12 November 2011

Tujuan pendidikan selalu berkaitan dengan lingkungan tempat manusia itu hidup dan tempat berubah menurut perkembangan zaman. Tokoh-tokoh dalam berbagai bidang banyak yang mengemukakan  serta merumuskan tujuan pendidikan bagi generasi muda untuk mengusahakan masyarakat yang lebih baik.
Franklin Bobbitt (1924) mengemukakan metode yang sistematis untuk merumuskan tujuan pendidikan yang diuraikannya dalam tujuan-tujuan yang lebih rinci. Sejak itu macam-macam usaha dijalan untuk merumuskan tujuan yang lebih spesifik.
Merumuskan program secara terperinci juga dikemukakan oleh Ralph Tyler dengan alasan bahwa tujuan serupa itu lebih mudah dinilai. Perumusan tujuan yang spesifik sangat didukung oleh Benjamin S. Bloom cs dengan bukunya The Texamony Of Educational Objectives : cognitive domain (1956). Selanjutnya cara perumusannya digariskan oleh Robert Mager. Yang dilakukan adalah menguraikan tujuan umum menjadi tujuan yang spesifik melalui berbagai tingkatan. Namun yang menjadi sasaran bukanlah tujuan yang spesifik itu melainkan tujuan yang lebih umum yang berbentuk konsep, generalisasi, atau prinsip.
Pengutamaan tujuan spesifik menimbulkan macam-macam kritik. Menurut Bloom dalam tujuan dapat dibedakan aspek kognitif, afektif  dan psikomotorik. Tiap aspek dapat dibagi lagi menjadi beberapa bagian. Kekeliruan yang banyak terdapat adalah bahwa pendidikan kita terlampau banyak menekankan knowledge (pengetahuan) dan kurang memperhatikan tujuan yang lebih tinggi seperti konprehensif sampai evaluasi.

0 komentar:

Posting Komentar

Mengenai Saya

Foto saya
Cangkringan, Yogyakarta, Indonesia
mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, Fakultas Tarbiyah, Jurusan Kependidikan Islam

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cheap international calls